Jumat, 29 Agustus 2014

Diperkosa Sopirku

Sopirku Lebih Sip
Namaku Widuri berumur 25 tahun, aku dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang cukup mapan. Karena itu aku terbiasa berhias dan menikmati kehidupan yang lumayan mewah. Kulitku putih dan orang bilang tubuhku cukup ideal. Aku telah berumah tangga, Sandi suamiku mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang eksport import. Saat ini dia sedang tidak berada di rumah. Dia pergi keluar kota selama kurang lebih sebulan untuk mengurus keperluan bisnisnya. Aku terbiasa ditinggal sendiri di dalam rumah mewahku. Tapi sebulan yang lalu dia pulang membawa seseorang yang akan dijadikan sopir di rumahku. Dia adalah Martono, seorang pria berumur kurang lebih 40 tahunan. Rambutnya botak kulitnya hitam dan wajahnya terlihat buruk keras. Suamiku yang mempekerjakannya sebagai sopir kami sebagai balas jasa telah menyelamatkan suamiku dari ancaman perampokan di jalan raya. Meskipun aku kadang-kadang ketakutan melihat matanya yang jelalatan melihatku, tapi aku menghormati keputusan suamiku. Dia memang pintar mengemudi mobil dan mengetahui seluk-beluk kotaJakarta. Seringkali Aku belanja ke Mall hanya diantar oleh Martono karena suamiku betul-betul sangat sibuk.

Suatu hari ketika aku sedang memasak di dapur, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Martono yang menatapku dengan jelalatan.
“Oh Pak Martono…. kaget saya melihat bapak tiba-tiba sudah ada disini.”  Aku memanggilnya dengan sebutan bapak karena dia lebih tua dariku.
“Maaf nyonya kalau saya ternyata mengagetkan …..”. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak berhenti menatap dadaku. Aku sedikit risih dengan tatapannya, lalu aku pura-pura menyibukkan diri memasak kembali. Martono masih diam saja di dapur menatap bagian belakang tubuhku.
“Ada keperluan apa bapak ke dapur.”  Akhirnya aku bertanya setelah sekian lama mendiamkannya.
“Nyonya sangat cantik sekali…..dan seksi”  Martono menjawab. Aku terkejut dengan jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin cepat, aku mulai was-was.
“Jangan-jangan….ah, tidak mungkin…. Semoga dia cuma berkata sebenarnya, hanya caranya mengungkapkan seperti orang yang terbiasa hidup di jalanan. Tanpa basa-basi.”  Aku berusaha menenangkan deburan jantungku.
“Terimakasih…..”  aku menjawab dengan sedikit gemetar.
“Sebenarnya Nyonya sangat menggairahkan, setiap kali saya di dekat Nyonya pasti “adik”  saya terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan Nyonya.”  Martono berkata tanpa basa-basi.
Deg…. Dugaanku ternyata benar, aku takut sekaligus marah dengan Martono. Aku menghadapnya dengan mengacungkan pisau dapur yang sedang kupakai.
“Hei Martono, jangan kurang ajar terhadapku. Ingat aku adalah majikanmu. Aku bisa memecatmu sekarang juga karena kelakuanmu yang tidak sopan terhadapku. Selama ini aku menerimamu karena menghormati suamiku.”  Aku membentak tanpa menghiraukan usianya yang lebih tua dariku.
Tanpa-diduga-duga dia memelintir tanganku yang memegang pisau sehingga pisau itu terlempar. Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan kirinya telah memelukku dengan erat. Aku tidak bisa bergerak sama sekali, karena himpitan tenaganya yang kuat.
“Kamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan seperti itu…. hah.”  Dia sekarang menelikung tanganku dan mendekapkan badanku ke badannya. Aku gemetar ketakutan dan tidak terpikir untuk berteriak saking gugupnya.
“Aku memang mengincarmu dari dulu, karena itu mengatur siasat agar dia dirampok oleh kawa-kawanku. Aku pura-pura datang menolongnya. Sekarang kalau kau berani melawan, maka kau akan tahu akibatnya. Kau dan suamimu bisa kubunuh kapan saja bila kau coba-coba melapor pada pihak yang berwajib. Aku punya banyak kawan preman di jalanan yang bisa dengan mudah kuperintahkan.”  Martono mengancamku. Aku semakin ketakutan, hilanglah sudah harapanku.
“Aku akan melepaskan pelukanku kalau kau mengerti kondisimu saat ini.”  Martono meneruskan. Aku hanya diam menggigil ketakutan dan mengangguk. Dia menyeringai dan melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk di lantai dan menangis. Martono tertawa penuh kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut. Martono bisa melakukan apa saja terhadapku. Kalau aku melaporkan dia pada Polisi maka jiwaku dan suamiku akan terancam.

“Kamu tidak perlu menangis… karena aku akan memberikan kepuasan batin yang tak terhingga kepadamu. Aku tahu kebutuhan batinku sangat kurang karena suamimu jarang berada di rumah. Kamu sangat kesepian kan?. Pikirkan saja bahwa suamimu tidak ada disini sedangkan kau merasa sangat kesepian, siapa yang salah sekarang….”  Martono berkata dengan tenangnya.

Sambil duduk Martono membuka resluiting celananya. Kemaluannya tampak telah membesar dan kini tepat mengarah di depan wajahku. Akupun kembali membuang muka sambil memejamkan mata. Martono mulai memaksa untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya keras segera meraih kepalaku dan wajahnya ke depan kemaluannya. Setelah itu kemudian Martono memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulutku hingga sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibirku. 
Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi penis Martono, sebenarnya ukuran penis Martono hampir sama dengan milik suamiku tetapi punya Martono sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum penis itu.


“Ohh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang pintar”
Martono mengerang sambil meremas rambutku lalu ia mendorong dan menarik penisnya di mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela memberikan sesuatu yang lebih pada orang lain daripada untuk suamiku karena selama ini aku selalu menolak kalau Mas Sandi minta untuk memasukan penisnya ke mulutku.

Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh kemaluan Martono yang besar itu. Martono mulai mengocokkan batang penisnya dimulutku yang megap-megap karena kekurangan Oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dengan cepat hingga buah zakarnya terasa memukul-mukul daguku. Tak terasa air mataku mengalir deras, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa….

Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan batang penis yang sedang dikulum tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Martono makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Batang penisnya juga semakin cepat keluar
masuk di mulutku, dan sesekali membuatku tersedak dan ingin muntah.

Lama sekali rasanya batang penis Martono kukulum dan membuatku makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Martono pun mengejan keras dan Martono menumpahkan spermanya di rongga mulutku. Hal ini membuatku tersentak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Martono di kepalaku sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar sperma itu.

“Aaah..,”  Martono pun mendesah.
“Akhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang indah sayang……..”  Terasa sakit rasanya hatiku. Aku seperti wanita yang tidak berharga dan bisa dipermainkan oleh siapa saja. Aku hanya bisa menangis tanpa bisa melawan.


“Ayo ikut aku…..”  Martono kemudian menarik tanganku dengan kasar. Dengan setengah menyeretku dia membawaku ke kamar tidurku. Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang empuk.
“Hmm. Kamar yang bagus dan wangi…. Cocok untuk kita saling melepas hasrat yang sangat nikmat.”  Martono mengagumi kamar tidurku yang luas dan bersih. Aku tetap berbaring telungkup dengan menangis. Sia-sia saja aku walaupun berteriak, tidak ada tetangga yang akan mendengarku. Hidup di Jakarta kadang-kadang tidak memperdulikan penderitaan tetanga. Yang paling parah, Martono bisa mencelakakanku, yang paling kutakuti sebenarnya kalau dia sampai mencelakakan suamiku.


“Hei… jangan diam saja. Bangun sini.”  Martono membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya. Dia menyeringai dan berkata. “Lepaskan seluruh pakaianmu dan menarilah.” 
“Gila… apakah aku disuruh berstriptease dihadapannya. Terhadap suamikupun aku belum pernah melakukannya.”  Aku semakin gemetar…. 
“Tolong, jangan lakukan ini kepada kami….. kalau pak Martono perlu uang nanti kami beri sesuai permintaan bapak.”  Aku memberanikan diri menolak kemauannya dengan suara yang bergetar.

“Jangan menolak, atau aku telpon temanku sekarang juga untuk mengurus suamimu. Tapi kalau kau memberikan layanan terbaikmu, maka kau jamin dirimu dan suamimu tidak akan binasa. Rahasia diantara kita tidak akan diketahuinya dan kaupun dapat menikmati keperkasaanku. Ha.. ha.. ha..”  Martono malah balik membentak.
Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian yang kupakai. Kubuka kancing bajuku satu persatu dengan tangan gemetar. Nafas Martono nampak sedikit tertahan tegang ketika aku membuka bra warna pink yang kupakai. Aku menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-lahan sambil membuka celana dalam yang merupakan bagian terakhir perlengkapan pakaianku. Aku menutupi payudaraku dan bagian kewanitaanku dengan kedua belah tanganku sebisa mungkin. Hatiku makin tidak karuan.
Mata Martono semakin beringas “Beruntung sekali aku mendapatkanmu……. Tubuhmu yang putih mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya. Mari sini sayang.”  Martono menarik tanganku dan membaringkanku telentang. Dia dengan tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang hitam menandakan dia terbiasa bekerja di bawah terik matahari. Terlihat beberapa tatto di badannya. Selama ini aku tidak pernah melihat dia mempunyai tatto. Kepalaku terasa berkunang-kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup menahan peristiwa ini.

Martono perlahan-lahan mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku.
“Oh.. Martono.. apa yang Bapak lakukan..” aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Martono menempel di belahan pahaku.
“Tenanglah.. nikmati saja..”, aku berontak, aku tak bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku harus bisa melepaskan diri dari bajingan ini, tapi tak berdaya aku melakukan semua itu, tubuhku lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat menjalari seluruh tubuhku yang memang jarang mendapatkannya dari suamiku.
“Bajingan kau.. lepaskan!, aku ini majikanmu.” Kali ini timbul perasaan nekatku yang tadi dihimpit ketakutan.
“Kurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!” kembali aku berteriak sambil berusaha menendang, tapi lagi-lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja lidah Martono yang basah menyeruak menyapu organ tubuhku yang paling sensitif.
“Akhh..” Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah orang ini, tubuhku mengejang, lama lidah Martono bermain dengan Vaginaku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan vaginaku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Martono yang masih saja menusukan lidahnya ke vaginaku.


Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu..
“Ohh.. hh.. Akh..” erangan panjang dari mulutku mengiringi semprotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut Martono. Ohh.. aku orgasme dengan orang selain suamiku dan hendak memperkosaku dengan biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari Martono ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Martono dengan nafas yang terengah-engah.


Perlahan Martono melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.
“Apa kubilang.. nikmat kan?” Martono berbisik ditelingaku.
“Ja.. hh.. jangan Pak sudah..” sebentar Martono menghentikan aksinya mungkin untuk memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga kembali.
“Nyonya tahu kalau saya udah jatuh cinta saat pertama melihat nyonya, jadi nikmati saja tanda cinta dari saya.
“Tidak Pak.. jangan..” setengah menangis aku memelas agar ia mau melepaskanku dari nafsu bejatnya.
“Pak Sandi sangat beruntung memiliki nyonya.., cantik dan bertubuh idaman lelaki..” 
Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia mencium telingaku membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
“Bibir nyonya indah..” itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya.

Perlahan aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Martono menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuri leherku dan menggigit puting susuku.

“Susu nyonya sungguh menggairahkan.. indah sekali sayang..”
Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas payudaraku.

“Jangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak mau menghianati suamiku….!” untuk kesekian kalinya aku memelas sambil berusaha merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh Martono agar menjauh dariku.
Tanpa mempedulikan rintihanku Martono bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tangan Martono menarik kedua tangan ku dan membawanya keatas kepalaku. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu.
“Ohh..” tubuhku bergetar sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh penis Martono kedalam liang vaginaku.

Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Martono dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku yang terpejam. Lalu Martono mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang vaginaku.
“Ohh.. Nyonya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat..” Martono terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
“Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh..” lama Martono memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Martono aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Martono. Untuk beberapa saat Martono menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Martono.


Tak berapa lama kemudian Martono mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku.
“Oh..” ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.
Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Martono melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginaku

Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan.

“Ohh.. Nyonya.. Nikmat sekali.. Ohh..”
Martono benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Martono. Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Martono mesih saja berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Martono menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan.


Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Martono semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Martono menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku.
“Akhh..” Martono mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Martono roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Martono mulai beringsut menjauh dari tubuhku.

“Terima kasih Nyonya sayang..” setengah sadar dan tidak kudengar Martono membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-acakan.
Sore hari aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan lelah bukan kepalang. Kulihat keadaan diriku terasa sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Martono keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempet tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan dosa, guyuran air hangat membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih terasa ditubuhku. Kulihat vaginaku memerah dan bekas cupangan nampak di payudaraku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Martono keluar semua meninggalkan liang rahimku. selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dan mengganti seprei serta sarung bantal guling dengan yang masih baru..

Aku masih termenung memikirkan kejadian siang tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Martono itu, ia telah menodai kesucian rumah tanggaku yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Belum pernah aku merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas Sandi, aku bisa mencapai klimax sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Martono.
———————————————

Pada malam hari bel pintu berbunyi. Kupikir suamiku sudah pulang, aku buru-buru membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku melihat Martono datang dengan membawa seorang teman yang berbadan tegap.

“Selamat malam nyonya….. aku membawakan teman yang akan membuat nyonya merasakan sensasi yang luar biasa.”  Martono menyeringai kepadaku sedangkan temannya senyum-senyum menyebalkan.
“Bagaimana nyonya, bukankah sudah saya katakan untuk menikmati saja sensasi kenikmatan yang kami tawarkan daripada melaporkan kami kepada pihak yang berwajib. Saya melihat nyonya begitu bernafsu dan sangat menikmatinya juga, bukan?.”  Aku menjadi jengah mengingat kejadian tadi siang. Memang diakui akupun terhanyut dibuai permainan Martono. Aku hanya diam memejamkan mataku dan menarik nafas dalam-dalam sekedar menenangkan perasaanku yang tidak karuan. Tiba-tiba aku mendorongnya maka ia terjatuh, dan kesempatan ini aku melarikan diri menuju pintu kamar mandi. Aku pikir untuk melarikan diri menuju kamar mandi dan mengunci diriku dari Martono dan temannya.


Tapi tiba-tiba tangan Martono sudah menangkapku dan memelukku dengan erat.
“Hentikan…….. aku tidak mau melakukannya.”  Aku berteriak-teriak tetapi temannya Martono malah mengamati aku dengan napsu.
“Kamu benar-benar membuatku bernafsu, bagaimana mungkin aku membiarkan wanita yang sangat menggairahkan pergi?” .
“Sebaiknya nyonya jangan banyak bertingkah, berteriakpun percuma… lebih baik layani aku dan Bejo. Ha… ha… ha…”  Martono menyeringai.
“Lepaskan aku… lepaskan aku…”  aku berusaha meronta, tapi Martono mengangkat tubuhku dan membawaku ke kamar tidurku yang telah digunakan tadi siang. Dengan mudahnya dia melemparku ke atas ranjang.
Aku sangat terkejut dengan perkembangan keadaa ini. Mereka akan memperkosa aku seperti ini. Tetapi apa yang aku bisa lakukan? Sekarang kami semua berada di kamar tidurku. Bejo mendekat dan merobek pakaianku dan menarik paksa BH dan CD yang ku kenakan sehingga payudaraku terlihat jelas. Aku menyesal hanya mengenakan pakaian daster sehingga memudahkan mereka melampiaskan nafsunya. Aku malu sekali terlihat bagian- bagian rahasia di hadapan orang-orang selain suamiku.


“wow… payudara yang indah, nyonya sungguh mempunyai anugerah yang tak terhingga.”  Kata Bejo.
“Aku suka sekali payudara yang besar dan putih mulus tanpa cacat.”  Bejo melanjutkan.
“Kita beruntung mendapatkan buruan seperti ini…”  Martono menyahut. Kemudian tangan Martono menggerayangi susuku dan meremas-remasnya kedua payudaraku. Martono menisap-isap putting susuku dengan penuh nafsu, dan Bejo mulai menggerayangi perut dan pahaku. Tiba-tiba terasa tangannya yang kasar memasuki celah sempit di vaginaku. Kini aku mengerti mereka akan berusaha merangsangku.

“Ampun….. jangan lakukan ini kepadaku “aku memohon belas kasih mereka, tetapi mereka tidak menunjukkan sedikitpun rasa simpati, malah wajah mereka menunjukan kebuasan nafsu birahi. Mereka dengan cekatan telah melepaskan pakaian mereka masing-masing. Penis Martono sudah kulihat dan kunikmati tadi siang, tetapi sekarang aku terkejut melihat Penis Bejo yang luar biasa, panjangnya sekitar 18 cm dan kelihatan berurat-urat. Aku makin gemetar ketakutan sekaligus rasa aneh yang menjalar seakan-akan ingin merasakan sensasi penis besar milik Bejo. Wajahku terasa panas. “Ah, Mas Sandi… maafkan aku.” 

Tangan ku telah ditangkap oleh Martono dan payudaraku kembali diisapnya. Bejo memegang pinggangku dan menaruh burungnya di lubang pantat ku. 
“Jangan… jangan disitu… tolong..”  Aku menjerit-jerit kesakitan merasakan dorongan penis Bejo dari belakang.
“Nyonya jangan cemas……. akan sedikit menyakitkan ……..tetapi setelah itu kamu akan menikmatinya.”  Bejo berkata kepadaku dengan senyum sinis.
“Bukankah tadi siang memekmu telah dipakai oleh Martono, maka aku ingin mencicipi pantatmu yang kuyakin tidak pernah terpakai, masih perawan… ha.. ha… ha..” 
Tak lama aku berteriak kesakitan tetapi secepat aku membuka mulut ku untuk menangis Sopir ku memasukkan burungnya di dalam mulutku dan aku tidak bisa menangis.
Sementara itu Bejo menaruh penisnya pada lubang pantat ku dan menarik pinggangku ke arahnya. Dia tetapi tidak bisa memasukkan burungnya ke dalam lubang pantatku yang sakit.
“Martono… apakah kamu punya mentega di dapur sebab lubang nya sangat sempit”  Bejo bertanya
“Wah beruntung sekali kau mendapatkan cewek perawan…..ambillah sendiri di dapur.”  Martono malah tertawa.
Bejo lalu pergi menuju dapur.
“Martono, tolong lepaskan aku…. Aku tidak sanggup lagi.”  Aku memelas pada Martono.
“Nyonya…tenang saja dan nikmati. Bukankah nyonya sudah tahu bahwa nyonya sudah lama kami idam-idamkan untuk dinikmati oleh kami. Aku adalah sopirmu dan Bejo adalah seorang sopir truk. Dalam hidup kami jarang-jarang memiliki kesempatan mendapatkan wanita menggairahkan seperti kamu! Maka bagaimana mungkin kami akan tinggalkan?”  Martono malah menjawab dengan senyum kemenangan.


Kemudian kusadari tidak ada cara lain dan tak seorangpun dapat menyelamatkanku. Maka aku berfikir untuk menikmatinya saja seperti yang diucapkan Martono kepadaku. Aku sudah merasa kepalang basah, kenapa tidak dinikmati saja sekalian, toh akupun merasakan kenikmatan yang tiada tara dengan Martono tadi siang. Aku merubah posisiku seperti seorang pelacur, aku tidak peduli lagi.
Martono mulai bertindak dengan pekerjaan nya Martono yang tertunda. Dia meremas-remas payudaraku, kemudian Bejo yang baru datang mengoleskan mentega pada lubang pantatku dan mengolesi burungnya juga. Kemudian ia memposisikan burungnya pada lubang pantatku dan dengan beberapa tekanan dia berusaha menerobos lubang pantatku. Aku merasakan sangat sakit tetapi aku sudah tidak melawan lagi. Bejo mendorong paksa burungnya dan posisi Martono di depanku membuatku terdorong mundur. Aku merasakan sesuatu yang besar dan kuat berada di pantatku.


“Auh… sakit… ampun…”  aku melepaskan penis Martono dari mulutku. Bejo sengaja mendiamkan burungnya beberapa saat membiarkanku agar terbiasa. Setelah beberapa menit Bejo mulai mendorong lagi penisnya.
“Auh…. Jangan…”  aku berteriak kembali, rasanya sangat sakit. Seluruh penis Bejo telah masuk dan merobek pantatku, terasa ada sedikit darah mengalir dari lubang pantatku. Aduh! Kontolnya itu sangat besar sehingga terasa sangat ketat di lubang pantatku! 
“Auhh.. aduh… aduh… tolong.. aku akan mati… Kau merobek pantatku.. rasanya punggungku mau patah… Kau Bajingan!”  Aku menjerit dengan suara nyaring tetapi mereka berdua hanya diam dan mulai beraksi lagi.


“Sekarang kontolku sudah masuk, Martono… kamu boleh meninggalkan aku sekarang.”  Bejo berkata pada Martono. Martono hanya menganguk.
“Baiklah, aku akan menonton pertunjukanmu…. Nyonya, sekarang anda adalah bagiannya.”  Martono sekali lagi mencium payudaraku dan meninggalkanku. Dia duduk di kursi meja hias dan menonton perbuatan Bejo terhadapku. Sekarang aku sepenuhnya dipermainkan oleh Bejo.
“Kau kekasihku sekarang, aku akan membuatmu merasakan sensasi yang sangat menyenangkan… aku akan membuatmu ketagihan… kau akan jadi pelacurku.”  Bejo sesumbar.
“Sudahlah… kumohon keluarkan penismu… aku tak tahan lagi…. Sakit…. Rasanya aku hampir mati”  terasa air mataku menitik.
“Aku tidak akan membiarkanmu mati…. Nikmati saja… sebentar lagi akan terasa lebih nikmat.”  Bejo berbisik sambil menjilat telingaku. Dia lalu meraih payudaraku dan meremasnya.


Kemudian ia mencabut burungnya separuh, lalu mendorong dengan kekuatan besar. 
“Jangan…. Tolong hentikan.. aku mau mati…. Hentikan sebentar…. sakit!”  Aku mulai menangis tetapi ia tidak mendengarkanku dan tetap menggenjot pantatku dengan penuh nafsu. Aku roboh!
Bejo tetap memperkosaku tanpa mendengarkan aku dan dia memegang pinggul ku dengan tangan nya dan menggenjotku dengan cepat.


Selama memperkosaku, burungnya menyentuh bagian sensitifku dan membuatku merasakan getaran-getaran lembut dan menyenangkan. Aku mulai berpikir lagi, dalam kondisi tanpa pengharapan dan tak seorangpun dapat menolongku, mengapa aku tidak sekalian saja menikmati penis super ini. Pelan-pelan aku mulai menikmati gesekan penis Bejo pada pantatku, aku mulai menggoyangkan pinggulku. Kelihatannya Bejo menyadari perubahan dalam diriku.
“Ayoo sayang… nikmati…. Auh… enak sekali… betapa sesaknya pantatmu..” 
Aku menggoyangkan lagi pinggulku, rasa sakit yang terima tadi kini berangsur-angsur tidak terasa lagi. Bejo kini meningkatkan kecepatannya dan aku juga. Payudaraku menggantung mondar mandir akibat genjotan Bejo. Kurasakan penis Bejo sangat keras dan kuat di dalam pantatku.


“lihat… sekarang nyonya mulai menyukainya kan.”  Martono berkomentar kepadaku.
Bejo terus menggenjot pantatku, aku mulai menyukai permainannya.
“Bejo… kau memang laur biasa.. kau bisa menaklukkan wanita manapun. Aku salut padamu.”  Martono malah terkagum-kagum pada Bejo.
“Sebentar lagi, nyonya akan jadi pelacur kami.”  Martono tertawa.
“Kurang ajar….”  Hatiku berteriak tetapi badanku masih bergerak-gerak mengikuti irama genjotan penis Bejo.
“Auhh… ohh…”  aku merintih-rintih tak sadar
Tangan bejo meremas-remas payudaraku dengan lembut. Rabaan tangannya membuatku makin terangsang. Perlahan-lahan tangannya bergeser ke bagian kewanitaanku. Jari-jarinya dengan kasar menyentuh vaginaku.
“Ohh…. Hmmm…….”  Tanpa sadar aku menggigil dan merintih. Aku merasakan kenikmatan yang lain dalam diriku. Jari-jarinya bermain-main di clitorisku. Darahku seperti berkumpul di titik sensitif itu.
“Auhh… enak…. Hmmm… Ohh…. Nikmat…”  tak tahan aku dibuatnya. Tubuhku rasanya semakin melayang-layang. Setelah beberapa saat, tubuhku menegang dan berkelojotan sesaat. Air maniku tumpah… aku orgasme. 
“Teruskan sayang… jangan ditahan… aku akan memberikan kebahagiaan untukmu.”  Antara sadar dan tidak akau mendengar Bejo berbisik ditelingaku.
Dalam permainan ini aku berkali-kali aku orgasme, tapi sepertinya Bejo mempunyai stamina yang luar biasa. Aku merasa kelelahan tetapi bahagia, setelah 25 menit kemudian tiba-tiba terasa penis Bejo mengeras. Jari-jarinya makin menekan clitorisku.
“Ohh…. Aku keluar…”  akhirnya Bejo berteriak. 
“Ohh…nikmatnya… keluarkan didalam saja, teruskan… jangan keluarkan kontolmu.”  Aku tak sadar setengah berteriak. Bejo tertawa dengan penuh kemenangan. Cairan hangat memasuki lubang pantatku.
“Auhhh…….”  Akupun orgasme bersamanya. Rasanya nikmat sekali. Bejo masih menduduki pantatku beberapa saat lalu mencabut burungnya.
“Ploop….”  Terdengar bunyinya. Martono dan Bejo tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.

Aku menghembuskan nafasku dan merasa sangat nikmat. Sekarang jam 3 malam. Tadi siang aku merasakan kenikmatan bersama Martono. Dan malam ini aku merasakan kenikmatan bersama Bejo. Aku menjadi sangat ketagihan. Selma ini aku hanya mendapat kepuasan dari suamiku. Tapi sekarang, aku sepertinya keranjingan berhubungan sex. Aku ingin mendapatkan lebih. Aku ingin yang lebih mengasyikkan….

“Martono, aku akan istirahat……. Aku sungguh sangat puas”  Bejo berkata.
“Nyonya, anda sungguh sangat mengagumkan….”  Aku tersenyum mendengar pujian dari Bejo.
“Istirahatlah…”  Martono menjawab.


“tunggu dulu….”  Setengah berteriak aku kepada mereka berdua. Mereka menatap wajahku dengan heran.
“Kau telah memperkosa lubang pantatku, aku telah memberikannya. Tapi sekarang aku ketagihan… aku ingin merasakan kontol 18 cm itu dalam memekku. Aku ingin merasakan kontol besar punyamu..”  Aku telah gila… aku tak peduli lagi siapapun yang akan memperkosaku, malah aku ketagihan…


Martono berteriak padaku “Nah, lihat…. aku berjanji akan memberimu kesenangan yang terbaik di dunia.” 
“Dia benar….tinggalkanlah kami berdua, aku akan menikmati tubuhnya. Dia akan menjadi pelacur bagiku malam ini. Dan besok aku akan tinggalkan nyonyamu sebagai wanita yang sangat haus sex.”  Dengan tenang Bejo berkata pada Martono. Martono sambil tertawa pergi ke ruang tamu kemudian Bejo menutup pintu.
———————

“Nyonya sungguh seorang nyonya yang cantik dan mempunyai bentuk badan yang ramping dan menggairahkan.”  Aku tersenyum. Aku menjadi sangat malu. Aku jadi salah tingkah. Aku malu tapi akupun menikmatinya. Aku begitu berharap pada apa yang akan terjadi berikutnya.
“Betapa senangnya saya mempunyai kesempatan untuk mendapatkan nyonya. Nyonya sungguh seorang nyonya yang cantik.”  Bejo berkata dan berusaha membawaku dalam pelukannya. Aku gemetar terdiam. Kemudian dia menyibakkan rambutku, kemudian ia menaruh bibirnya pada bibir ku dan mulai mencium dengan sangat bernafsu dan kasar. Sementara itu tangannya diletakkan pada pantatku dan menekan-nekan dengan bernafsu. Bibir mungilku terasa sangat basah olehnya. Kemudian ia menarik blus biru yang kupakai. Dan tangannya terus menjalari badan ku dan aku benar-benar merasakan ketidaksukaan tetapi sekarang aku adalah juga merasakan basah dan tidak sabar untuk mendapatkan kenikmatan darinya. Apa yang telah terjadi denganku….
Biasanya suamiku hanya sanggup bertahan selama setengah jam untuk melayaniku. Tapi kini aku berhadapan dengan seorang pria jantan yang mungkin sudah sangat sering menaklukkan wanita-wanita. Sedangkan tadi siang Martono sanggup membuatku orgasme berkali-kali. Setelah agak lama Bejo berusaha merangsangku. Dan aku mulai menggelinjang-gelinjang tak sabar.

Ia berbaring di sampingku dan memintaku untuk merangsangnya. Ini adalah kesempatanku untuk melayani nafsunya walaupun aku merasakan malu awalnya tetapi sekarang aku telah berhasil secara penuh merangsangnya. Dan aku mulai menggerakkan tanganku di sekujur tubuhnya. Bejo menutup matanya dan aku mulai menciuminya. Dadanya berbulu, pahanya adalah sangat kokoh, lebih dari itu ia adalah seorang pria jantan. Aku mencium puting susu nya sekarang ia memulai merintih 
“ohhhh….aaahhaaahhhhh .. ternyata nyonya pandai menyenangkan hati pria.” . 
Sekarang aku betul-betul ingin lihat burung besar nya. Terlihatlah sesuatu yang luar biasa, seekor burung berukuran 18 cm secara penuh menegang dan dua bola sedang menggantung dengan indah. Aku duduk di dadanya dan mulai menjilat burungnya. Aku merasa sangat ingin untuk makan “pisang ambon”  ini sebab pertama kali aku melihat burung sangat besar. Aku memainkan burungnya seperti anak perempuan kecil bermain-main dengan boneka. Tiba-tiba terasa vaginaku diciumi, aku betul-betul merasakan getaran-getaran listrik yang mengalir ke sekujur tubuhku karena sentuhan lidahnya yang menyentuh klitorisku.
“Auh…Hmmf…”  aku tidak sadar melenguh.
Tetapi aku berusaha berkonsentrasi pada burung besarnya. Aku mulai menjilati batang pisangnya dan menggerakkan mulutku naik turun, aku ingin makan semakin banyak dan pada akhirnya tiba-tiba penisnya menegang dan menyemprotkan cairan sperma ke mulutku.


Kemudian dengan liarnya Bejo menggerayangi tubuh telanjangku. Hisapan demi hisapan, jilatan lidahnya menyapu bersih lekuk tubuhku. 
“Aow…. hmm,” aku merintih saat lidah Bejo mulai menjilati bibir vaginaku kembali.
“Woowww.. Mulus sekali nyonya ini.., gimana sayang? …Enak?,” Bejo seperti mengejekku, aku terpejam tak mampu memandang Bejo. Lidah Bejo semakin liar dan membuat kenikmatan tersendiri padaku.

“Ehmmhh,” aku merintih tak bisa menahan kenikmatan itu, pinggulku mulai bergerak teratur seirama jilatan lidah Bejo divaginaku, aku pasrah dan menikmati permainan itu. Malah saat ini aku mulai bernafsu agar penis Bejo mengoyak vaginaku yang sudah gatal.
Tapi rupanya Bejo sengaja menyiksaku, jilatan lidahnya sudah masuk menerjang vaginaku. Aku sudah bergerak tak karuan menerima kenikmatan darinya, tapi tak juga Bejo menyetubuhiku.
“Ohhh.. Nngghh..,” aku tak tahan lagi, seluruh rasa nikmat berkumpul diklitorisku membuat pertahananku akhirnya jebol. Aku orgasme dengan belasan kedutan kecil divaginaku. Aku malu sekali pada Bejo yang tersenyum.
Bejo kemudian mencium dan mengulum bibirku beberapa lama, tanpa sadar aku membalas lumatan bibirnya dengan nafsu pula. Kurasakan dia berusaha menepatkan posisi ujung penisnya dibelahan bibir vaginaku.

“Hmmm.., aahh.. Nghh..,” aku merintih nikmat saat penis besar Bejo mendesak masuk keliang nikmatku.
“Ouhh.., sudah kusangka vaginamu masih rapat sayanghh.., nikmati permainan kita ya manis,” Bejo berbisik lagi membuatku semakin melayang dipuji-puji.

Penis Bejo keluar masuk secara teratur di vaginaku dan aku mengimbanginya dengan gerakan pinggul memutar.

“Hmm.., puaskan aku sayang..,” tak sadar aku membalas bisikan Bejo itu sambil memeluk tubuhnya untuk lebih rapat menindihku.
“Cantik kamu sayang.., cantik sekali wajahmu saat nikmat ini,”
“Ohh… teruskan sayang.. Aku milikmu saat ini..,”

Kuakui permainan Bejo memang luar biasa, romantis, lembut, tapi sungguh memacu birahiku secepat genjotannya di tubuhku. Gerakan tubuh Bejo semakin cepat dan teratur diatas tubuhku. Erangan dan rintihanku sudah tak tertahan aku memang birahi saat itu. Tapi saat aku hampir klimaks, mendadak Bejo menghentikan aktifitasnya dan mencabut penisnya dari vaginaku.
“Ayo sayang kita berdiri,” Bejo menarik tubuhku berdiri, lalu mendorong punggungku menjadi posisi menungging, dan Bejo dibelakangku kembali menghujamkan penisnya ke vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang yang tertahankan dengan posisi doggy style ini.
“Ahh.. Ouhh.. teruss..,” hanya itu yang terucap di bibirku saat sodokan penis Bejo masuk dalam posisi nungging itu.Bejo semakin keras mengocokku dari belakang, aku semakin tak terkendali kurasakan kenikmatan sudah puncak dan menjalar diseluruh tubuhku mengumpul dibagian pantat, paha, vagina dan klitorisku.
“Ahh sayang.. Ohh.. Hmmph..,” aku tak kuasa lagi membendung kenikmatan itu, dinding vaginaku berkedut berkali-kali disodok penis Bejo. Belum habis orgasme yang kurasakan, Bejo menarik tubuhku dan menggendongku. Aku memeluknya erat-erat.

“Ayo cantik.. Ini lebih nikmat sayang.., sekarang keluarkanlah seluruh cairan kenikmatanmu,” dalam posisi itu penis Bejo masih mengocokku tangannya mengangkat tubuhku naik turun dengan posisi berdiri.
“Ahhh.. Uohh….,” Vaginaku berkedut-kedut dengan cepat, orgasmeku begitu luar biasa ditangan Bejo.
“Ouhhkk.. Aku mau keluar…. Ahhh,” Bejo orgasme dengan posisi berdiri menopang tubuhku yang lunglai. Kurasakan seburan spermanya menembus dinding rahimku. Lalu Bejo menjatuhkan tubuh kami diatas ranjang kembali, kami berpelukan seperti pasangan kekasih.
Kemudian ia menciumku penuh kasih dan pergi ke ruang tengah.

———————————
Aku terbangun jam 9 pagi, rasanya tubuhku agak lelah. Aku lalu menuju kamar mandi membersihkan sisa-sisa permainan tadi malam. Badanku benar-benar terasa segar setelah mandi. Setelah mandi aku menuju kulkas. Di lemari es dalam kamarku kulihat beberapa buah apel. Aku makan sekedar mengganjal perutku. Aku masih memakai handuk yang melilit tubuhku. Sambil bercermin, kuperhatikan tubuhku. Hmm.. masih seksi dan padat.

Tiba-tiba sopirku Martono datang. Ia telah telanjang. sopirku adalah seorang laki-laki yang sangat buruk. Usianya sekitar 40 tahu, rambutnya botak dan berwajah buruk, tapi mempunyai perkakas yang besar pula walaupun tidak sebesar punya Bejo. Penisnya setengah ereksi. 
“Selamat pagi nyonya…”  Martono menyapaku. Aku diam saja. Dia lalu melepas handukku dan menggendongku ke ranjang. Aku kini berbaring diranjang dengan telanjang bulat. Maryono mengamati badanku dengan sangat bernafsu.
“nyonya, anda sungguh sangat seksi.”  Aku tenang-tenang saja, namun aku bingung begitu menyadari bahwa sopirku sendiri telah memperkosaku dan menikmati tubuhku..

Kemudian seperti seekor serigala lapar dia melompat kepadaku dan mulai menciumku di mana-mana. Martono sungguh bernafsu. Dia menciumi leherku dan membuatku melenguh. Setelah sekitar sepuluh beberapa menit dia menciumi bibir, wajah dan menghisap payudaraku, ia menjilat perutku dan turun menyentuh vaginaku yang berbulu dengan lidah. Aku menggigil dan menghentak seolah-olah aku mendapat suatu goncangan raksasa. Ia melebarkan kakiku dan yang dimulai menjilati clitorisku dengan liar.

“Hoohh…. Ehh.”  aku mulai mengerang dengan tak terkendali.
Martono meregangkan kaki ku lebih lebar. Sekarang memekku terpampang dengan jelas di wajahnya.
“Ow.. nyonya, memekmu sungguh indah.”  Aku menutup mataku dengan malu. Kemudian ia menggosok-gosok kepala burungnya dan kemudian menempatkannya pada memekku.


Ketika burungnya menyentuh memekku badan ku menggigil. Aku merintih. Kemudian ia menangkupkan payudaraku yang besar dengan tangan kanannya. Sopirku mempermainkan payudaraku dengan liar. Burungnya sudah siap untuk masuk memekku. 
Dia mencium bibirku dengan lembut, aku menaruh lidahku didalam mulutnya. Kami saling berpagutan.
“Liang peranakanku koyak oleh Bejo dan masih terasa sakit, masukanlah kontolmu pelan-pelan..”  aku meminta.
Martono hanya tersenyum seperti setan kepadaku dan tiba-tiba dia mendorong dengan kuat sehingga penisnya sepenuhnya berada dalam vaginaku. Aduh!


Bejo benar-benar telah membuat liang vaginaku mengendurkan dan memperbesar memekku, sehingga penis Martono masuk ke dalam liang peranakanku dengan mudah. benar Beberapa lama kemudian tubuhku melengkung dan menjerit. Vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan.. aku orgasme lagi! Martono memperhatikan wajahku dengan terheran-heran!!!!!!
“Wow… luar biasa…” . Martono berhenti sejenak dan menatapku dengan tatapan kesetanan sampai orgasmeku mereda.
Akan tetapi begitu Martono mulai memompa vaginaku lagi, aku tidak bisa mengendalikan dan lagi-lagi dengan seketika punggungku melengkung dan menyemburkan orgasme. Mereka benar-benar telah merubahku sehingga aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Mereka merubahku menjadi seorang betina yang haus sex. 
“Nyonya, apakah anda berusaha untuk membuat rekor dunia didalam hal orgasme?. Lihatlah sekarang, bagaimana aku membuat anda seperti pelacur yang gila ngentot!!.”  
“Kamu akan jadi pelacurku!!!!” sambil mengatakan itu, ia mulai memompa pelan-pelan tetapi di dalam tubuhku rasanya sangat nikmat sekali. Kemudian teriakanku berubah jadi rintihan nyaring yang penuh nafsu.
Aku merintih dengan suara menggairahkan “Uohh……… teruskan…. Hmmm… nikmatnya… punyamu memang luar biasa.” 
“sayang memek mu menjadi sangat panas dan licin!!!!”


Tetapi pada saat aku betul-betul terangsang, Martono menggodaku. Dia menghentikan goyangan pinggulnya dan mencabut penisnya. Dia mulai mencium payudaraku. Aku merintih kesetanan.
“jangan dilepas… cepat masukkan… masukkan..”  aku berteriak-teriak.
Martono menatpku dan dengan tertawa dia bilang “Nyonya, sekarang anda betul-betul seperti seorang pelacur yang gila kontol. Tidak sadarkah anda sedang meminta sopir nyonya untuk menyetubuhi anda sendiri.”


“Semenjak kamu menceritakan kepadaku bahwa kau sengaja mencari cara untuk memperkosaku dan akan memberikan aku sensasi sex yang luar biasa dan tidak pernah aku rasakan dari suamiku, didalam hati kecilku aku merasa penasaran, aku begitu terangsang. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan aku kehilangan kendali terhadap dirikuku!!!! Aku tidak pernah berhubungan sex dengan seseorang selain dari suamiku. Aku tidak menyadari bahwa sebenarnya aku sangat menginginkan bermain sex dengan orang lain… aku sangat menginginkannya!”  akhirnya aku bicara.
“Martono, aku merasa seperti menikmati lagi berhubungan sex pertama kalinya dalam hidupku. Kamu sungguh-sungguh memberikan aku suatu pengalaman yang menggetarkan! Sekarang tolonglah aku, pompa memekku…. Aku tak tahan lagi!!!!!!”  Sopirku tersenyum dan dia mulai menggenjotku pelan-pelan.

“Nyonya, anda adalah wanita yang sangat menggairahkan. Aku selalu memimpikan untuk berhubungan kelamin denganmu. Aku dulu onani di kamar kecil dengan memikirkanmu. Nyonya, aku sungguh mendapat kesenangan luar biasa dari memekmu!”
Tetapi kemudian aku menjerit “Aku tidak tahan lagi, tolonglah perkosa aku ……..dengan keras, lebih kasar…… lebih cepat lagi… Augh.. cepatlah….tolong…..”  dengan ini secara otomatis aku menggerak-gerakkan pinggulku naik turun bergesekkan dengan penisnya. Melihat itu Martono tertawa dengan nyaring dan menciumi bibirku, dia mulai mempermainkanku seperti banteng kesetanan. Oh… Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tiba-tiba aku merasakan desakan-desakan yang sangat kuat pada liang vaginaku. Tubuhku melenting dan aku merintih dengan keras!! Aku orgasme lagi!

Kakiku diregangkan terpisah olehnya dan dengan erat Martono memegang kaki ku.. Tetapi aku tidak mengetahui mengapa pinggulku otomatis bergerak turun seirama kocokan penisnya dan aku menjerit secara terus-menerus dengan penuh kenikmatan. Tiba-tiba aku merasakan orgasme yang luar biasa. Punggungku melengkung dan cairan kenikmatanku membanjiri penisnya yang perkasa. Aku merintih dengan nyaring”  Auh….Hmmmm….. aku keluar….ahhh.. lagi.” .
“Tolonglah… lebih cepat lagi… Ohhh.. nikmatnya… lebih keras…”  Martono mengocok vaginaku dengan penuh nafsu. Tiba-tiba dia menghentikan gerakannya. Tubuhnya menegang.
“Ahh, Nyonya.. saya mau keluar…. Ohh….” 
“Keluarkan di dalam… goyangkan kontolmu… lebih cepat… lebih cepat lagi.”  Aku tak tahan
“Bagaimana kalau nyonya hamil..”  Martono kembali mengocokkan penisnya dengan cepat.
“Aku tidak peduli, Kau dan Bejo telah menumpahkan maninya padaku… aku ingin kepuasan… Ohh…. Egghh…”  aku semakin meracau tidak karuan.
Martono semakin mneggoyangkan penisnya maju mundur dan memuntahkan cairan panas ke dalam rahimku. Oh! Nikmatnya perasaan hangat dalam vaginaku. Tubuhku bergetar seperti orang yang terserang malaria… aku mendapatkan orgasme terbesar dalam hidupku!
Aku terus mengejang dan mengeluarkan cairan kenikmatan….Aku menjerit dengan pebuh kenikmatan. Kukuku menancap pada punggung Martono. 
” Ooooooooooooooo Oooooooohhhhhhh Aaaaaaahhhhhh. Aku keluarr……….” . Lalu kami roboh kelelahan.


“Kamu adalah laki-laki impianku!!..”  Aku memuji sopirku tanpa malu-malu.
“Apa yang nyonya suka dari saya.” 
“Aku menyukai pria jantan sepertimu.” Aku menjawab dengan suatu senyuman malu.
“Kau memperkosaku diranjang suami ku, aku seorang nyonya rumah yang kaya bermain sex dengan seorang sopir pribadi. Kaupun menjual diriku pada temanmu seorang sopir truk yang seperti seorang perempuan murahan. Kau merubahku sepenuhnya dari seorang isteri setia menjadi seorang wanita haus sex!!!!!!!” Martono tersenyum, dia menciumku dengan penuh nafsu, lalu meraba-raba payudaraku dan mengorek-ngorek liang senggamaku..


Kemudian aku memeluknya dan kami berbaring dengan berpelukan. Kemudian Bejo datang di kamarku. Aku tersenyum padanya dan ia juga tersenyum pada aku. 
Bejo berkata “Beberapa jam yang lalu, nyonya adalah seorang istri setia yang, tapi lihatlah sekarang kamu sudah menjadi pelacur murahan karena dua orang pria asing telah memperkosamu. Kamu akan hamil oleh sopir pribadimu dan seorang sopir truk.”
” Sunguh Martono, nyonyamu adalah seorang wanita yang terseksi.” Bejo melanjutkan.


” Sayang, anda benar-benar menikmati?” Martono bertanya padaku
“Yah, sungguh suatu pengalaman luar biasa. Kalian berdua mempunyai senjata idaman wanita terbaik. Aku betul-betuk sangat menikmati. Sekarang aku kurang suka penis suamiku. Aku benar-benar menyukai kedua penismu yang besar. Kamu sungguh luar biasa, Martono. Mulai hari ini aku ingin kalian melayaniku. Dengan saling bertatap muka Martono dan Bejo tertawa terbahak-bahak. Kemudian sopirku menciumku dengan penuh nafsu..

———————————
Setelah kejadian itu aku menjadi pelampiasan sex mereka. Kapanpun Martono mendapatkan kesempatan, ia bermain sex denganku. Setiap kali suamiku tidak berada di rumah, Bejo dan Martono bermain sex denganku menggunakan berbagai macam gaya yang belum aku ketahui. Aku benar-benar menikmati kehidupan sex seperti sekarang.
Sekarang aku mempunyai empat orang anak. Yang palin tua adalah anakku dari suamiku dan sisanya dari Martono dan Bejo. Martono dan Bejo lebihmenyukai berhubungan denganku tanpa memakai kondom demi kesenangan yang maksimum. Martono senang melihat aku hamil karena perbuatannya. Sampai sekarang suamiku belum mengetahui skandal ini. Biarpun dia mengetahuinya, aku tidak peduli. Aku menyukai kehidupanku sekarang. Aku mempunyai dua orang suami pengganti yang sangat perkasa dan memuaskanku.

Rabu, 26 Februari 2014

HIKMAH KISAH MONYET DAN ANGIN


HIKMAH KISAH MONYET DAN ANGIN

Seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon
kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga
angin gede. Angin Topan, Tornado sama Bahorok.
Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa
yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari
pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45
detik. Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik,
katanya. Angin Bahorok senyum ngeledek äπϑ
bilang, 15 detik juga jatuh tuh monyet.

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin
TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengnya,
Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si
monyet langsung megang batang pohon kelapa.
Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit
lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan
pun nyerah.

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss… Wuuusss… Dia
tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh
monyet. Angin Tornado juga nyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia
tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet
malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-
jatuh.

Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet
memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar
biasa.

Ngga lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang
mau ikutan jatuhin si monyet. Keinginan itu
diketawain sama tiga angin lainnya. Yang gede
aja nggak bisa, apalagi yang kecil.

Nggak banyak omong, angin SEPOI-SEPOI
langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss…
Enak banget. Adem… Seger… Riyep-riyep matanya
si monyet. Nggak lama ketiduran dia trus lepas
lah pegangannya .. kemudian, jatuh deh tuh si
monyet.

UNTUK DI RENUNGKAN:
Boleh jadi ... ketika kita :
Diuji dengan KESUSAHAN…
Dicoba dengan PENDERITAAN…
Didera MALAPETAKA...
Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya...
Tapi jika kita diuji dengan :
.....KENIKMATAN...
.....KESENANGAN...
.....KELIMPAHAN....
.....PUJIAN......
Disinilah kejatuhan îτϋ terjadi.

So, Jangan sampai kita terlena... Tetap rendah
hati dan mawas diri, ingat kita hanya hidup
sementara di dunia.

5 ORGAN TUBUH INI MELEMAH SAAT KITA EMOSI


5 ORGAN TUBUH INI MELEMAH SAAT KITA EMOSI

Marah Melemahkan Liver
Marah memang menjadi sebuah ledakan emosi
yang timbul saat semuanya sudah tak tertahankan
lagi di kepala atau dada kita. Namun ternyata,
marah bisa melemahkan liver. Oleh karena itu,
orang yang sedang sering atau mudah marah
biasanya tidak mengalami detoksifikasi tubuh
sebagus mereka yang sudah menerapkan anger
management.

Kesedihan Melemahkan Paru-Paru
Memang ada masanya di mana kita merasa sedih
yang tak terkira. Namun, orang bijak mengatakan
bahwa janganlah sedih yang tak berkesudahan.
Kesedihan memang bisa melemahkan jiwa Anda,
bahkan melemahkan paru-paru. Orang yang terlalu
sedih, lebih mudah mengalami masalah
pernafasan dibanding mereka yang ceria.

Kecemasan Melemahkan Perut
Mungkin Anda sudah sering mengalami hal ini
sejak kecil. Beberapa orang yang mudah cemas
atau akan menghadapi sesuatu yang besar
baginya sehingga ia merasa cemas, memang akan
mengalami mulas kecil di perut. Kecemasan
memang bisa memberikan efek pada perut Anda,
oleh karena itu, cobalah untuk minum air hangat
saat Anda merasa cemas yang berlebihan untuk
menenangkan diri.

Stres Melemahkan Jantung Dan Otak
Nah, ini dia yang sering menjadi masalah wanita
atau orang dewasa yang mulai memasuki usia 25
ke atas. Stres, bisa jadi karena tekanan sosial,
pribadi, kerja keras dan karir.

Ketakutan Melemahkan Ginjal
Saat Anda mengalami ketakutan berlebih, hal ini
bisa menyebabkan gangguan pada ginjal. Oleh
karena itu kalau Anda memiliki phobia tertentu
atau mengalami trauma hebat pada sesuatu,
sebaiknya mulai mencoba melakukan terapi untuk
menyembuhkannya, karena ginjal adalah salah
satu organ yang berperan penting untuk memfilter
darah dan zat yang tak diperlukan tubuh.

Biarkanlah TUHAN Turut Menggoreskan

Biarkanlah TUHAN Turut Menggoreskan

Alkisah ada seorang pelukis yang terkenal sedang
menyelesaikan lukisannya.

Lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus
yaitu Pemandangan yg dilukis dari atas gedung
pencakar langit & akan diperlihatkan pada orang-orang penting.

Sang pelukis sangat senang ketika menyelesaikan
lukisannya. Ia mengamat-amati lukisannya
dengan penuh kekaguman.

Terus-menerus ia memandangi lukisannya dari
berbagai posisi.
Dengan berjalan mundur ia masih mencermati
hasil lukisannya dari jarak agak jauh.
Dia terus berjalan mundur tanpa menyadari bahwa
di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut
yang tinggi sekali & tinggal satu langkah lagi dia
akan mengakhiri hidupnya.

Salah seorang melihat pelukis tersebut & hendak
berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut,
tapi tidak jadi karena dia berpikir mungkin ketika
mendengar teriakannya, pelukis itu akan kaget &
malah akan jatuh ke belakang..

Kemudian orang tersebut mengambil kuas & cat
yang ada di depan lukisan tsb, lalu mencoret-coret
lukisan tersebut sampai rusak.

Pelukis tersebut sangatlah marah & maju hendak
memukul orang tersebut, tapi beberapa orang
yang ada di situ menghadang & memperlihatkan
posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh..

Yap.....kadang kita telah melukiskan masa depan
dan rencana kita dengan sangat bagus &
memimpikan suatu hari yang indah.

Tetapi lukisan itu "kelihatannya " dirusak oleh
TUHAN, karena IA melihat akan ada bahaya kalau
kita terus melangkah..

Tak jarang kita menjadi marah, jengkel, sedih dan
kecewa terhadap TUHAN..

Tapi perlu kita ketahui, bahwa di balik semua yang
kita alami, TUHAN memiliki rencana dan alasan
lain.

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap
hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri".

Biarkanlah TUHAN turut menggoreskan kuas
Rahmat-NYA di atas kanvas kehidupan kita,
sehingga lukisan hidup ini menjadi lebih indah dan
berwarna.

Selasa, 07 Januari 2014



Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelahUmmahatul Mukminin  setelah istri-istri Nabi SAW.? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.



Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.



Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.



"Assalaamu'alaikum ya ahlil bait." Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, "Wa'alaikassalaam ... siapakah diluar?" lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, "Saya Fatimah putri Muhammad SAW." Mutiah menjawab, "Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta."



Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.



"Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?"



Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, "Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku."



Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.



Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.



Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.



Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu' kepada suaminya.



Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.



Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.



Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.



Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah... Tsumma Subhanallah.



Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.



"Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku."



Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.



Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Wallahu a'lam bish shawab